Sabtu, 27 November 2010
Harga Emas & Uang dari Awang-awang Bank Sentral
Bagi Anda dan saya, umumnya kita hanya bisa menambah asset dengan bekerja keras kemudian mendapatkan gaji bagi yang bekerja atau mendapatkan untung bagi yang berwirausaha. Perusahaan-pun demikian, asset bersih-nya hanya bertambah bila perusahaan bekerja keras dan sukses mendapatkan untung. Tidak demikian halnya dengan institusi yang namanya bank sentral, mereka bisa mencetak uang dari awang-awang atau bahkan sama sekali tidak perlu mencetaknya – cukup mengetikkan beberapa digit angka di komputernya – bahwa asset mereka bertambah – maka asset mereka-pun bertambah !.
Mau lihat buktinya secara nyata ?, perhatikan grafik di bawah yang menunjukkan asset bank sentral Amerika atau yang disebut the Fed. Pada akhir 2008 ketika Amerika berada di puncak krisis finansialnya, tiba-tiba asset the Fed melonjak. Asset ini berupa piutang ke institutsi-institusi keuangan Amerika yang saat itu babak belur dihantam badai krisis. Lantas dari mana the Fed tiba-tiba memiliki kekayaan (uang) begitu banyak untuk aksi penyelamatan tersebut ?, ya itu tadi mencetaknya dari awang-awang ( dalam bahasa inggris sering disebut printing money from thin air) atau bahkan tidak perlu mencetaknya sama-sekali – cukup mengetikkan beberapa digit angka di komputer – lantas pasar menyebutnya dengan nama keren Quantitative Easing.
Bagaimana sih sebenarnya mereka melakukan ini ?. Berikut adalah gambaran sederhananya dari cara kerja mereka.
Misalnya bank sentral suatu negara (dalam contoh saya gunakan the fed-nya Amerika saja biar tidak ada yang marah sama saya) kawatir dengan inflasi akan melanda negeri, maka the fed akan mengeluarkan surat hutang negara misalnya US$ X Milyar. Maka surat hutang ini rame-rame dibeli oleh masyarakat atau institusi keuangan. Uang yang semula ada di masyarakat atau institusi keuangan kini tersedot ke bank sentral. Yang tersedot bukan hanya US$ X Milyar tersebut, tetapi bisa sampai tiga kalinya – karena biasanya perbankan ‘menggandakan uang’nya melalui proses credit. Uang bank hasil money creation-nya perbankan inipun ikut tersedot oleh the Fed mana kala mereka mengeluarkan surat hutang tersebut.
Sebaliknya juga terjadi, dalam situasi dimana negeri dilanda ancaman krisis yang sangat serius bahkan menuju resesi – maka the Fed melakukan hal yang sebaliknya dengan yang diatas. Kali ini mereka akan membeli surat hutang negara misalnya US$ X Milyar, lho darimana duit-nya ?, gampang – ya dari awang-awang tadi. Maka ‘uang baru’ dari awang-awang ini mengalir masuk ke system keuangan AS dan sampai ke pasar. Ketika sampai ke pasar jumlahnya bukan lagi US$ X Milyar, tetapi berlipat-lipat karena adanya proses money creation dunia perbankan melalui credit yang mereka berikan. Proses yang kedua inilah yang melatar belakangi grafik pertama tersebut diatas.
Masalah mungkin tidak terlalu runyam bila seandainya uang dari awang-awang tersebut dapat secara proporsional menggerakkan ekonomi riil berupa peningkatan produk barang dan jasa yang tercermin dari naiknya GDP. Namun ini nampaknya juga tidak terjadi di AS karena ketika Asset the Fed meningkat lebih dari 170% dari kisaran US$ 850 Milyar sebelum krisis ke kisaran US$ 2.3 trilyun pasca krisis, GDP negeri itu hanya tumbuh di kisaran 2 % saja !.
Artinya apa ?, uang yang digelontorkan oleh the Fed yang seharusnya menggerakan aktifitas ekonomi yang terukur dengan tumbuhnya GDP – ternyata pengaruhnya tidak significant. Memang untuk sementara berhasil mengatasi krisis yang tercermin pada pertumbuhan negatif GDP semasa krisis, kearah positif pasca krisis – namun karena pertumbuhan GDP yang tidak sebanding dengan uang dari awang-awang yang tercipta – timbulah masalah baru yaitu ancaman inflasi.
Bagaimana inflasi atau kenaikan umum harga-harga ini terjadi sebagai dampak dari penciptaan uang dari awang-awang pernah saya tulis dua tahun lalu dengan tulisan yang berjudul Ilmu Moneter Yang Menghancurkan dan Yang Memakmurkan. Ringkasnya dapat digambarkan dengan formula yang disebut equation of exchange : M x V = P x Q. M adalah jumlah uang, V adalah kecepatan putarannya, P adalah tingkat harga-harga dan Q adalah jumlah produk barang dan jasa.
P x Q terepresentasikan dengan GDP sperti dalam grafik kedua diatas. Kita tahu kini bahwa M meningkat drastis seperti tercermin dari grafik pertama, sedangkan V relatif tetap yang berarti tidak bisa mendongkrak Q – terbaca dari grafik kedua. Maka bila dalam suatu persamaan di sisi kiri meningkat tajam (karena faktor M), pada saat yang bersamaan salah satu faktor di sisi kanan relatif tetap (Q) – maka satu faktor yang lain di sisi kanan pasti meningkat tajam juga – yaitu P atau harga-harga atau disebut inflasi.
Lho tetapi menurut data resmi pemerintah AS Inflasi mereka rendah kok ?, itu kan kata pemerintah karena kepentingan politiknya. Beruntunglah rakyat Amerika karena disana ada seorang kakek yang rajin mempublikasikan data pembandingnya yang kini sangat popular dikenal dengan nama Shadow Government Statistics (SGS). Menurut data SGS ini, inflasi negeri itu bisa jauh lebih tinggi dari yang secara resmi di publikasikan oleh pemerintahnya. Perhatikan perbandingannya pada grafik ketiga dibawah.
Ketika inflasi terjadi, ada indikator lain yang sangat akurat – bahkan tentu lebih akurat dari datanya SGS tersebut diatas – yaitu perkembangan harga emas. Perhatikan sekarang grafik harga emas dibawah yang saya beri latar belakang dari grafik pertama diatas.
Sekarang Anda bisa melihatnya dengan sangat jelas, bahwa dampak dari penciptaan uang dari awang-awang the Fed secara perlahan tetapi pasti terkejar oleh kenaikan harga emas dunia yang sampai sekarang dinilai dalam US$ atau uang-nya the Fed.
Lantas bagaimana kedepannya ?. Yang jelas the Fed masih akan terus mencetak uang dari awang-awang bahkan dengan jumlah yang jauh lebih besar lagi melalui proses yang terkenal dengan Quantitative Easing 2 – maka dengan empat grafik diatas insyaAllah Anda bisa menduga secara relatif akurat kemana kira-kira arah pergerakan harga emas dunia pada tahun-tahun mendatang. Wa Allahu A’lam.
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar